Monday, July 23, 2012

Tuesday, July 3, 2012

PROFILE


Bagian [1]
Ustadz Fakhroe Rozie adalah figure yang sudah tidak asing lagi di Wanakaya. Tak berlebihan, kalau dikatakan bahwa Ustadz Fakhroe Rozie adalah salah satu perintis sekaligus lokomotif berdirinya Jamiyyah yang ada di Desa Wanakaya

 
Bagi masyarakat Wanakaya sendiri, adanya Jamiyyah yang – notabene merupakan gabungan dari beberapa pengurus, remaja mushalla- sangat dibutuhkan, karena melihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan dapat mengubah iklim bagi masyarakat itu sendiri
Aktivis yang Dinamis
 
Lahir dan dibesarkan di Wanakaya 34 tahun yang lalu, Ustadz Fakhroe Rozie memulai pendidikan agamanya di Pesantren Bale Rante, Palimanan. Dengan bekal ilmu yang diperolehnya, beliau pun mulai babad alas dengan merintis dakwahnya melalui mushalla. Dengan kiprah serta pemikirannya, tak dapat dipungkiri, mushalla yang beliau bina pun berkembang, dan tak jarang, ustadz kita ini sering kali mengorbankan financial demi kemajuan dakwahnya.
 
Dengan kiprahnya, beliau dipercaya untuk menempati posisi sebagai Remaja Masjid. Beliau juga aktif dalam berbagai kepengurusan, mulai dari yang formal maupun non formal, mulai dari pengurus mushalla sampai ke tingkat pemerintahan desa pun ia jamah. Kang Ozie, demikian panggilan akrabnya, sekarang di percaya untuk mengemban amanat sebagai DANSATKORYON Gunung jati [ Komandan Banser].
.
 
Bagi masyarakat Wanakaya sendiri, adanya Jamiyyah yang – notabene merupakan gabungan dari beberapa pengurus, remaja mushalla- sangat dibutuhkan, karena melihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan dapat mengubah iklim bagi masyarakat itu sendiri
Aktivis yang Dinamis
 
Lahir dan dibesarkan di Wanakaya 34 tahun yang lalu, Ustadz Fakhroe Rozie memulai pendidikan agamanya di Pesantren Bale Rante, Palimanan. Dengan bekal ilmu yang diperolehnya, beliau pun mulai babad alas dengan merintis dakwahnya melalui mushalla. Dengan kiprah serta pemikirannya, tak dapat dipungkiri, mushalla yang beliau bina pun berkembang, dan tak jarang, ustadz kita ini sering kali mengorbankan financial demi kemajuan dakwahnya.
 
Dengan kiprahnya, beliau dipercaya untuk menempati posisi sebagai Remaja Masjid. Beliau juga aktif dalam berbagai kepengurusan, mulai dari yang formal maupun non formal, mulai dari pengurus mushalla sampai ke tingkat pemerintahan desa pun ia jamah. Kang Ozie, demikian panggilan akrabnya, sekarang di percaya untuk mengemban amanat sebagai DANSATKORYON Gunung jati [ Komandan Banser]. 

TELAAH


 Islam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba:
مَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللهَ وَمَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطاَعَ اللهَ
“Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”
Cinta haruslah disertai dengan penghormatan dan pengagungan. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan manusia agar mengagungkan sosok Baginda Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ
“Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,  supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya dan mengagungkan Rasul-Nya.”
Cinta para sahabat kepada Baginda Rasul SAW adalah cinta yang patut diteladani. Dalam hadits-hadits disebutkan bagaimana para sahabat saling berebut bekas air wudhu Baginda Nabi SAW. Meski hanya tetesan air, namun air itu telah menyentuh jasad makhluk yang paling dekat dengan Sang Pencipta. Karena itulah mereka begitu memuliakannya dan mengharap berkah yang terpendam di dalamnya. Ketika Baginda Nabi SAW mencukur rambut, para sahabat senantiasa mengerumuni beliau. Mereka ingin mendapatkan potongan rambut beliau meski sehelai. Dengan rambut itu mereka hendak mengenang dan mengharap berkah Nabi SAW. Demikianlah rasa cinta para sahabat kepada Baginda Nabi SAW.
Primitif
Apa yang berlaku saat ini di Bumi Haramain adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan kaidah cinta. Di sana orang-orang Wahabi mengaku mencintai Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sama sekali tidak menghormati beliau SAW. Mereka bahkan melecehkan beliau dan melakukan perbuatan yang teramat tidak pantas kepada sosok sebesar beliau. Bayangkan saja, rumah yang ditempati beliau selama 28 tahun, yang semestinya dimuliakan, mereka ratakan dengan tanah kemudian mereka bangun di atasnya toilet umum. Sungguh keterlaluan!
Fakta ini belakangan terkuak lewat video wawancara yang tersebar di Youtube. Adalah Dr. Sami bin Muhsin Angawi, seorang ahli purbakala, yang mengungkapkan fakta itu. Dalam video berdurasi 8:23 menit itu, ia mengungkapkan bahwa ia telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk mencari situs rumah Baginda Nabi SAW. Setelah berhasil, ia menyerahkan hasil penelitiannya kepada pihak yang berwenang.
Respon pihak berwenang Arab Saudi ternyata jauh dari perkiraan pakar yang mengantongi gelar Doktor arsitektur di London itu. Bukannya dijaga untuk dijadikan aset purbakala, situs temuannya malah mereka hancurkan. Ketika ditanya oleh pewawancara mengenai bangunan apa yang didirikan di atas lahan bersejarah itu, Sami Angawi terdiam dan tak mampu berkata-kata. Si pewawancara terus mendesaknya hingga akhirnya ia mengakui bahwa bangunan yang didirikan kelompok Wahabi di atas bekas rumah Baginda Nabi SAW adalah WC umum. Sami Angawi merasakan penyesalan yang sangat mendalam lantaran penelitiannya selama bertahun-tahun berakhir sia-sia. Ia kemudian mengungkapkan harapannya, “Kita berharap toilet itu segera dirobohkan dan dibangun kembali gedung yang layak. Seandainya ada tempat yang lebih utama berkahnya, tentu Allah SWT takkan menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal Rasul SAW dan tempat turunnya wahyu selama 13 tahun.”


Tokoh Wahabi
Ulah jahil Wahabi itu tentu saja mengusik perasaan seluruh kaum muslimin. Situs rumah Baginda Nabi SAW adalah cagar budaya milik umat Islam di seluruh penjuru dunia. Mereka sama sekali tidak berhak untuk mengusik tempat terhormat itu. Ulah mereka ini kian mengukuhkan diri mereka sebagai kelompok primitif yang tak pandai menghargai nilai-nilai kebudayaan. Sebelum itu mereka telah merobohkan masjid-masjid bersejarah, di antaranya Masjid Hudaybiyah, tempat Syajarah ar-Ridhwan, Masjid Salman Alfarisi dan masjid di samping makam pamanda Nabi, Hamzah bin Abdal Muttalib. Pada tanggal 13 Agustus 2002 lalu, mereka meluluhkan masjid cucu Nabi, Imam Ali Uraidhi menggunakan dinamit dan membongkar makam beliau.
Selama ini kelompok Wahabi berdalih bahwa penghancuran tempat-tempat bersejarah itu ditempuh demi menjaga kemurnian Islam. Mereka sekadar mengantisipasi agar tempat-tempat itu tidak dijadikan sebagai ajang pengkultusan dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemusyrikan. Akan tetapi dalih mereka agaknya kurang masuk akal, sebab nyatanya mereka berupaya mengabadikan sosok Syekh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, salah seorang tokoh pentolan mereka. Mereka mendirikan sebuah bangunan yang besar dan mentereng untuk menyimpan peninggalan-peninggalan Syekh al-Utsaimin. Bandingkan perlakuan ini dengan perlakuan mereka kepada Baginda Nabi SAW.  Mereka merobohkan rumah Baginda Nabi SAW dan menjadikan tempat yang berkah itu sebagai WC umum, kemudian membangun gedung megah untuk Al-Utsaimin. Siapakah sebetulnya yang lebih mulia bagi mereka? Baginda Rasulullah SAW ataukah Syekh al-Utsaimin?
Bangunan berdesain mirip buku itu dibubuhi tulisan “Yayasan Syeikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin.” Di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan Syekh al-Utsaimin, seperti kaca mata, arloji dan pena. Benda-benda itu diletakkan pada etalase kaca dan masing-masing diberi keterangan semisal, “Pena terakhir yang dipakai Syekh al-Utsaimin.”
Sungguh ironis, mengingat mereka begitu getol memberangus semua peninggalan Baginda Nabi SAW. Ulama mereka bahkan mengharamkan pelestarian segala bentuk peninggalan Baginda Nabi SAW. Beruntung, sebagian benda peninggalan beliau telah dipindahkan ke Turki.
Haul Wahabi
Wahabi melarang keras pengkultusan terhadap diri Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sendiri melakukan pengkultusan terhadap diri Syekh al-Utsaimin. Mereka membid’ahkan peringatan haul seorang ulama atau wali, akan tetapi belakangan mereka juga menghelat semacam haul untuk Syekh al-Utsaimin dengan nama ‘Haflah Takrim.” Betapa ganjilnya sikap kelompok Wahabi ini.
‘Haul’ al-Utsaimin mereka adakan pada bulan Januari 2010 lalu di sebuah hotel di Kairo di bawah naungan Duta Besar Saudi di Kairo, Hisham Muhyiddin. Rangkaian acara haul itu dibuka dengan pembacaan ayat-ayat Quran, dilanjutkan sambutan-sambutan berisi pujian terhadap almarhum. Sambutan pertama disampaikan Ketua yayasan ar-Rusyd sekaligus Presiden Asosiasi Penerbit Saudi, yang memuji peran Syekh Utsaimin dalam penyebaran agama Islam. Sambutan selanjutnya disampaikan Abdullah, putra Utsaimin, kemudian Atase Kebudayaan Saudi Muhammad bin Abdul Aziz Al-Aqil. Yang disebutkan belakangan ini banyak mengulas manakib Syekh al-Utsaimin dengan menjelaskan tahun lahir dan wafatnya. “Perayaan ini adalah sedikit yang bisa kami persembahkan untuk mendiang Syekh Utsaimin,” ujarnya.
Acara haul ditutup dengan saling tukar tanda kehormatan antara Yayasan ar-Rusyd, Yayasan Utsaimin, Atase Kebudayaan dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi. Begitu pentingnya perayaan untuk Utsaimin ini sampai-sampai seorang pengagumnya menggubah sebuah syair:
وَاللهِ لَوْ وَضَعَ اْلأَناَمُ مَحَافِلاَ # مَاوَفَتِ الشَّيْخَ اْلوَقُورَحَقَّهُ
“Demi Allah, Seandainya segenap manusia membuat banyak perayaan untuk Syeikh Utsaimin, hal itu tidaklah mampu memenuhi hak beliau.”
Syair itu menunjukkan pengkultusan orang-orang Wahabi terhadap Syekh Utsaimin. Pengagungan yang kebablasan juga mereka berikan kepada pendiri aliran Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab. Seorang Mahasiswa Universitas Riyadh pernah memprotes dosennya, Dr. Abdul Adhim al-Syanawi, karena memuji Rasulullah SAW. Sang dosen menanyakan apa penyebab si mahasiswa membenci Nabi SAW? Mahasiswa itu menjawab bahwa yang memulai perang kebencian adalah Baginda Nabi sendiri (sambil menyitir hadits seputar fitnah yg muncul dari Najed, tempat kelahiran Muhamad bin Abdul Wahab). “Kalau begitu, siapa yang kamu cintai?” tanya sang dosen. Lalu si mahasiswa menjawab bahwa yang dicintainya adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Selanjutnya sang dosen menanyakan alasan kecintaan mahasiswanya itu. “Karena Syekh Muhammad Abdul Wahab menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah,” Jawab mahasiswa itu. (kisah ini dicatat Ibrahim Abd al-Wahid al-Sayyid,dalam kitabnya, Kasf al-Litsam ‘an Fikr al-Li’am hlm.3-4.)
Sungguh benar Baginda Nabi SAW. yang dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah (Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam.
Syekh Utsaimin adalah salah satu penerus Muhammad bin Abdul Wahab. Ia juga gencar menyebarkan fitnah lewat tulisan-tulisannya. Salah satu fitnah itu seperti tertera di dalam karyanya, al-Manahi al-Lafdziyyah hal 161. Di situ ia menulis:
وَلاَ أَعْلَمُ إِلىَ سَاعَتيِ هَذِهِ اَنَّهُ جَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ اْلخَلْقِ مُطْلَقاً فيِ كُلِّ شَئٍْ
“Dan saya tidak mengetahui sampai detik ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang lebih utama dari segala makhluk apa pun secara mutlak.” Agaknya kalimat inilah yang membuat penganut Wahabi lebih mengagungkan Utsaimin dari pada Baginda Rasulullah SAW….! Ibnu KhariQ
Sumber :
Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H

SEJARAH PESANTREN TERTUA

Pondok Pesantren Tertua di Indonesia

PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1700-an

1.    Ponpes Sidogiri Pasuruan Jawa Timur (berdiri tahun 1718)
Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah r dari marga Basyaiban.
Ayahnya, Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.
Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.
Anggota Majelis Keluarga saat ini adalah: KH A Nawawi Abd Djalil, Nawawy Sadoellah, KH Fuad Noerhasan, KH Abdullah Syaukat Siradj, KH Abd Karim Thoyib, H Bahruddin Thoyyib.
web: http://sidogiri.net/

2.    Ponpes Jamsaren Jawa Tengah(berdiri tahun 1750)
Pondok pesantren Jamsaren berlokasi di Jalan Veteran 263 Serengan Solo. Ponpes ini pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya, pondok ini melewati dua periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun, antara 1830 – 1878. Semula, pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil. Kala itu, PB IV mendatangkan para ulama, di antaranya Kiai Jamsari (Banyumas). Nama Jamsaren itu juga diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari yang kemudian diabadikan hingga sekarang.
Vakumnya pondok pada 1830 disebabkan terjadinya operasi tentara Belanda. Operasi itu dimulai lantaran Belanda kalah perang dengan Pangeran Diponegoro pada 1825 di Yogyakarta. Karena kalah, Belanda melancarkan serangkaian tipu muslihat dan selanjutnya berhasil menjebak Pangeran Diponegoro. Karena itu pada 1830, para kiai dan pembantu Pangeran Diponegoro di Surakarta dan PB VI bersembunyi dan keluar dari Surakarta ke daerah lain, termasuk Kiai Jamsari II (putra Kiai Jamsari) dan santrinya.
Setelah sekitar 50 tahun kosong, seorang kiai alim dari Klaten yang merupakan keturunan pembantu Pangeran Diponegoro, Kiai H Idris membangun kembali surau tersebut.
Kini sistem pendidikan salafiyah dan madrasah diniyah (madin) namun para santri boleh belajar sekolah formal SLTP SLTA di bawah Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta.

3.    Pondok PPMH Gading Malang Jatim (berdiri tahun 1768)
Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH. Hasan Munadi pada tahun 1768. PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada di kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan nama yang terakhir lebih masyhur dikalangan masyarakat.
KH. Hasan Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama hampir 90 tahun.
Kini pesantren ini diasuh oleh KH. Abdurrohim Amrullah Yahya (1971 – sekarang), KH. Abdurrahman Yahya, KH. Ahmad Arief Yahya, KH. Muhammad Baidlowi Muslich, Ust. Drs. HM. Shohibul Kahfi, M.Pd., dan Ibu Nyai Dewi Aisyah (Pesantren Putri)
Sistem pendidikan adalah Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda (MMH) terdiri atas. Adapun tingkatannya adalah sebagai berikut :
I. Tingkat Ula (Pendidikan Tingkat Dasar)
Terdiri dari empat tingkat (kelas) dengan menitikberatkan pada pelajaran dasar- dasar keislaman, antara lain: Membaca al-Qur’an, Fasholatan. Imla’/ menulis arab, Tajwid(Tuhfatul Athfal), fiqih (Safinatun Najah jawa), Sejarah (Khulashoh Nurul Yaqin). Tajwid (Jazariyah), Fiqih (Safinatun Najah), Tauhid (Aqidatul Awam), Sharaf (al-Amtsilatu at-Tashrifiyyah), Praktek membaca Al-Qur’an (Juz A’mma). Fiqih (Sullamutaufiq), Tauhid (Bad’ul Amali), Sharaf (al- Amtsilatu at-Tashrifiyyah), Nahwu (Jurumiyah).
II. Tingkat Wustho (Pendidikan Tingkat Menengah)
Tingkat ini merupakan lanjutan dari tingkat Ula yang terdiri dari tiga tingkat (kelas) dengan menitikberatkan pada pendalaman Ilmu Alat. Pelajaran yang dikaji meliputi :
1. Nahwu (Imrithi I), Sharaf (Kailani), Fiqih (Fathul Qorib I), Tafsir (al-Jalalain), Hadits (Bulughul Maram I), Bahasa Arab (Al Arabiyah I)
2. Nahwu (Imrithi II), I’rob (Qowaidul I’rob), Fiqih (Fathul Qorib II), Tafsir (al-Jalalain II), Hadits (Bulughul Maram II), Bahasa Arab (Al Arabiyah II)
3. Nahwu (Fathu Robbil Bariyyah), Balaghoh (Qowaidul Lughoh Al Arabiyyah), Fiqih (Syawir Fathul Qorib), Tafsir (al-Jalalain III), Hadits (Bulughul Maram III), Faraidh (Syarah Nadhom Ar Rohbiyyah).
III. Tingkat Ulya (Pendidikan Tingkat Atas)
Jenjang ini ditempuh selama tiga tahun dengan menitikberatkan pada pendalaman ilmu fiqih (syawir) dan Ilmu Hisab. Pelajaran yang dikaji meliputi :
1. Fiqih (Fathul Muin I), Ushul Fiqih (Al-Mabadiul Awwaliyah), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil), Tauhid (Ummul Barahin)
2. Fiqih (Fathul Muin II), Ushul Fiqih (Faraidhul Bahiyyah), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil), Ilmu Hadits (Manhaj Dzawin Nadhor), Tauhid (Ummul Barahin)
3. Fiqih (Fathul Muin III), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil), Ilmu Hisab (Sullamun Nayyiroin), Arudh (Mukhtar As-syafi), Balaghoh (Jauharul Maknun)

4.    Pondok Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat (berdiri tahun 1785)
Buntet Pesantren berdiri sejak abad ke 18 tepatnya tahun 1785. Menurut catatan sejarah seperti yang tertulis dalam buku Sejarah Pondok Buntet Pesantren karya H. Amak Abkari, bahwa tokoh Ulama yang pertama kali mendirikan Pesantren ini adalah seorang Mufti Besar Kesultanan Cirebon bernama Kyai Haji Muqoyyim (Mbah Muqoyyim).
Tempat yang pertama kali dijadikan sebagai pondok pesantren Buntet, letaknya di Desa Bulak kurang lebih 1/2 km dari perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai buktinya di Desa Bulak tersebut terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa makan santri yang sampai sekarang masih utuh.
Lebih jelasnya periodisasi kepemimpinan Kyai Sepuh ini berturut-turut hingga sekarang dipimpin oleh Kyai yang dikenal Khos yaitu KH. Abdullah Abbas (kini Almarhum), dan digantikan oleh KH. Nahduddin Abbas.
web: http://buntetpesantren.org/

5.    PP Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura (berdiri tahun 1787)
Pondok Pesantren Banyuanyar bermula dari sebuah langgar (musholla) kecil yang didirikan oleh Kyai Itsbat bin Ishaq sekitar tahun + 1787 M/1204 H. Beliau adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan, ketawadhuan dan kearifannya yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh masyarakat dan pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura dan Pulau Jawa.
Nama Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang berarti air baru. Hal itu didasari penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar oleh Kyai Itsbat. Sumber mata air itu tidak pernah surut sedikitpun, bahkan sampai sekarang air tersebut masih dapat difungsikan sebagai air minum santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar.
Sedangkan nama “Darul Ulum” adalah nama yang digunakan secara formal sejak tahun 1980-an sebagai nama lembaga, baik pendidikan formal maupun non formal. “Darul Ulum” juga menjadi nama institusi-institusi yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Banyuanyar.
Nama-Nama Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar
1. K. Itsbat Bin Ishaq Bin Hasan Bin Abdurrahman (Kyai Abdurrahman adalah menantu Sunan Giri Gresik), periode tahun 1788 s/d 1868.
2. RKH. Abdul Hamid Bin Itsbat, periode tahun 1868 s/d 1933.
3. RKH. Abdul Majid bin Abdul Hamid (wafat 1958 M), periode tahun 1933 s/d 1943.
4. RKH. Baidhawi bin Abdul Hamid (wafat 1966 M), periode tahun 1943 s/d 1966.
5. RKH. Abdul Hamid Bakir bin Abdul Majid (wafat 1980 M), periode tahun 1966 s/d 1980.
6. RKH. Muhammad Syamsul Arifin bin KH. Abdul Lathif, periode tahun 1980-sekarang.

PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1800-an
1.    Ponpes Tremas Paciatan Jawa Timur (berdiri tahun 1830)
Sejarah berdirinya Pondok Tremas yang dipelopori oleh beliau KH. Abdul Manan pada tahun 1830 M. Bagus Darso (nama kecil KH. Abdul Manan) menyelesaikan pelajarannya di Pondok Tegalsari Ponorogo, beliau lantas mendirikan pondok di daerah Semanten [2km arah utara kota Pacitan], Namun dikemudian hari pondok tersebut akhirnya dipindah ke Tremas.
Pondok pesantren Tremas mengadopsi sistem pendidikan salafiyah. Beberapa ciri khas dari pesantren salaf adalah, pertama, adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning (kutub atturats).
Kedua, masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, wetonan, bandongan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) santri.
Ketiga, saat ini walaupun pesantren salaf memperkenalkan sistem jenjang kelas–disebut juga dengan sistem klasikal–namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning alias kitab klasik.
Keempat, secara umum hubungan emosional kyai-santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren modern. Hal ini karena kyai menjadi figur sentral: sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.
Kelima, materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat sedikit diajarkan di pondok salaf.
Kini pesantren ini dipimpin oleh KH. Fu’ad Habib Dimyathi.. web: http://pondoktremas.com/new/

2.    Ponpes Langitan Tuban Jawa Timur (berdiri tahun 1852)
Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di samping bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektar.
Lembaga pendidikan ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni (penjajah) dari tanah Jawa. KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M).
Kini (th 2012) kepengasuhan diampu oleh KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih. Website: http://langitan.net/

3.    Ponpes Syaikhona Kholil Bangkalan (berdiri tahun 1861)
4.    Pondok Pesantren Sukamiskin Bandung Jabar (berdiri tahun 1881)
5.    Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jatim (berdiri tahun 1899)

PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1900-an
1.    Ponpes Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (berdiri tahun 1911)
2.    Ponpes Musthafawiyah Purba Baru Sumut (berdiri tahun 1912)
3.    Pondok Modern Gontor Ponorogo Jatim (berdiri tahun 1926)
4.    PP Bata-bata Pamekasan Madura Jawa Timur (berdiri tahun 1943)
5.    PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur (berdiri tahun 1950)
6.    PP Al-Khoirot Malang Jawa Timur (berdiri tahun 1963)