Kiai
Said, Lafadz Tahlil, dan Sapi
Senin, 21 May 2012 23:12 Moh. Arief
Rizqillah
Berbicara Buntet Pesantren tentu
tidak terlepas dengan Pesantren-pesantren lain yang memiliki relasi baik
keilmuan maupun kekeluargaan. Salah satu Pondok Pesantren yang memiliki
kekerabatan dengan Buntet Pesantren adalah Pondok Pesantren Gedongan yang
didirikan oleh Kiai Mohammad Said, Sepupu dari Kiai Abdullah Jamil
bin Kiai Muta’ad.
Kiai
Said membangun sebuah masyarakat kecil di tengah perhutanan pada pertengahan
abad 18 M. Kiai Said yang Ber'uzlah ke sebuah pelosok yang kemudian disebut
Gedongan dan meninggalkan pernak-pernik kekeratonan Cirebon dikenal sebagai
seorang ulama (waliyullah) yang memiliki banyak karomah.
Salah
satu karomah beliau tampak pada sebuah acara tahlilan. Sesaat setelah terdengar
kabar duka , ahli waris jenazah matur (memohon) kepada Kiai Said untuk ngimami
(memimpin) tahlil kerabatnya yang baru meninggal. Kiai Said pun menyanggupi
“atur-atur” tersebut. Singkat cerita, malam pertama setelah jenazah dikebumikan
diadakan tahlilan di rumah jenazah. Tahlil tampak semarak dengan hidangan
beraneka rupa. Tawassul sudah dibacakan diiringi lantunan ayat2 fatihah
berjama’ah lalu langsung dilanjutkan ke bacaan tahlil (Laa Ilaaha Illa Allah),
sampai di lafadz tahlil yang ke 3 ternyataKiai Said mengeraskan bacaannya lalu
tashbihnya diangkat ke atas, menandakan tahlil telah selesai, lalu beliau
menengadahkan tangannya, pertanda memulai memimpin jama’ah tahlil mendoakan
jenazah yang baru meninggal.
Ternyata
tahlil singkat yang dipimpin Kiai Said menuai protes dari sang Sohibul Hajat
yang tak lain merupakan salah satu orang kaya di Kampung tempat diadakan tahlil
tersebut. Penyebab protesnya sang tuan rumah tak lain dan tak bukan karena sang
tuan Rumah merasa telah menyiapkan acara semaksimal mungkin, beraneka macam
makanan dihidangkan, sebegitu meriahnya acara tahlilan tersebut sampai tuan
rumah menyembelih satu ekor sapi yang besar untuk menjamu jama’ah tahlil yang
datang sedangkan Tahlil hanya berlangsung sampai lafadz tahlil yang ke 3. Dasar
Kiai Said yang memang seorang “Wali” yang memiliki karomah, menjawabnya dengan
enteng saja, “lafadz tahlil 3x saya lebih berat dari daging sapi yang sampeyan
sembelih” tutur Kiai said datar. Ya bisa ditebak respon sang Tuan rumah, tetep
protes dan malah menganggap Kiai Said hanya sedang berdalih membenarkan
tindakan dirinya. Kiai said menanggapinya dengan tenang sambil menuliskan
lafadz tahlil (Laa Ilaaha Illa Allah) 3 X pada selembar kertas lalu menyuruh
beberapa orang untuk mengangkat dan menimbangnya selanjutnya hasil timbangan
kertas tersebut dibandingkan dengan bobot daging sapi yang di sembelih tuan
Rumah. Dan biidznillah, kertas bertuliskan lafadz tahlil 3x lebih berat
disbanding daging satu ekor sapi. Ma syaa Allah wa in lam yasyaa lam yakun.
No comments:
Post a Comment