Sunday, June 24, 2012

Karomah Wali Cirebon

Kiai Said, Lafadz Tahlil, dan Sapi
Senin, 21 May 2012 23:12 Moh. Arief Rizqillah
SurelCetak
Berbicara Buntet Pesantren tentu tidak terlepas dengan Pesantren-pesantren lain yang memiliki relasi baik keilmuan maupun kekeluargaan. Salah satu Pondok Pesantren yang memiliki kekerabatan dengan Buntet Pesantren adalah Pondok Pesantren Gedongan yang didirikan oleh Kiai Mohammad Said, Sepupu dari Kiai Abdullah Jamil bin Kiai Muta’ad.
Kiai Said membangun sebuah masyarakat kecil di tengah perhutanan pada pertengahan abad 18 M. Kiai Said yang Ber'uzlah ke sebuah pelosok yang kemudian disebut Gedongan dan meninggalkan pernak-pernik kekeratonan Cirebon dikenal sebagai seorang ulama (waliyullah) yang memiliki banyak karomah.
Salah satu karomah beliau tampak pada sebuah acara tahlilan. Sesaat setelah terdengar kabar duka , ahli waris jenazah matur (memohon) kepada Kiai Said untuk ngimami (memimpin) tahlil kerabatnya yang baru meninggal. Kiai Said pun menyanggupi “atur-atur” tersebut. Singkat cerita, malam pertama setelah jenazah dikebumikan diadakan tahlilan di rumah jenazah. Tahlil tampak semarak dengan hidangan beraneka rupa. Tawassul sudah dibacakan diiringi lantunan ayat2 fatihah berjama’ah lalu langsung dilanjutkan ke bacaan tahlil (Laa Ilaaha Illa Allah), sampai di lafadz tahlil yang ke 3 ternyataKiai Said mengeraskan bacaannya lalu tashbihnya diangkat ke atas, menandakan tahlil telah selesai, lalu beliau menengadahkan tangannya, pertanda memulai memimpin jama’ah tahlil mendoakan jenazah yang baru meninggal.
Ternyata tahlil singkat yang dipimpin Kiai Said menuai protes dari sang Sohibul Hajat yang tak lain merupakan salah satu orang kaya di Kampung tempat diadakan tahlil tersebut. Penyebab protesnya sang tuan rumah tak lain dan tak bukan karena sang tuan Rumah merasa telah menyiapkan acara semaksimal mungkin, beraneka macam makanan dihidangkan, sebegitu meriahnya acara tahlilan tersebut sampai tuan rumah menyembelih satu ekor sapi yang besar untuk menjamu jama’ah tahlil yang datang sedangkan Tahlil hanya berlangsung sampai lafadz tahlil yang ke 3. Dasar Kiai Said yang memang seorang “Wali” yang memiliki karomah, menjawabnya dengan enteng saja, “lafadz tahlil 3x saya lebih berat dari daging sapi yang sampeyan sembelih” tutur Kiai said datar. Ya bisa ditebak respon sang Tuan rumah, tetep protes dan malah menganggap Kiai Said hanya sedang berdalih membenarkan tindakan dirinya. Kiai said menanggapinya dengan tenang sambil menuliskan lafadz tahlil (Laa Ilaaha Illa Allah) 3 X pada selembar kertas lalu menyuruh beberapa orang untuk mengangkat dan menimbangnya selanjutnya hasil timbangan kertas tersebut dibandingkan dengan bobot daging sapi yang di sembelih tuan Rumah. Dan biidznillah, kertas bertuliskan lafadz tahlil 3x lebih berat disbanding daging satu ekor sapi. Ma syaa Allah wa in lam yasyaa lam yakun.

No comments:

Post a Comment